Pages

Saturday, September 22, 2018

Faisal Basri Kritik Kebijakan Impor Kementerian Perdagangan

Liputan6.com, Jakarta Ahli ekonomi, Faisal Basri, memberikan kritik tajam terhadap Kementerian Perdagangan (Kemendag). Menurutnya, Kementerian Perdagangan kebablasan dalam mengeluarkan kebijakan impor.

"Jadi seperti air bah sekarang (impornya)," ujar Faisal, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Faisal mengatakan, pola impor seperti itu merugikan neraca perdagangan bangsa. Neraca perdagangan berpengaruh pada neraca pembayaran yang pada akhirnya mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Dirinya menilai, maraknya impor dari berbagai negara ke Indonesia utamanya disebabkan kebijakan yang dibuat oleh Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita.

"Sebelum batasi (komoditas impor), tertibkan dulu kelakuan Pak Enggar, yang tadinya ada rekomendasi, sekarang enggak ada rekomendasi," ucap Faisal.

Belakangan ini, Kemendag sedang menjadi sorotan terkait derasnya impor, terutama komoditas beras. Sejumlah pihak juga telah menyuarakan protes terhadap langkah Kementerian yang dipimpin Enggartiasto Lukita tersebut dalam menambah stok beras dalam negeri.

Bulog menjadi salah satu pihak yang bersuara keras terhadap kebijakan Kemendag itu. Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengatakan bahwa stok beras dalam negeri dalam kondisi aman. Mengacu data Perum Bulog, jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) per 18 September 2018 mencapai 2,24 juta ton, jauh diatas batas aman stok CBP sekitar 1-1,5 juta ton.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, enggan berkomentar setiap ditanyai responsnya terhadap kebijakan impor beras yang dikeluarkan Kemendag. Namun, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, berdasarkan Aram I 2018, perkiraan luas panen padi Januari - Agustus mencapai 12,18 juta hektare dan prediksi luas panen September - Desember mencapai 3,82 juta hektare.

Sebelumnya, Amran memang sempat menyampaikan optimismenya bahwa produksi beras tetap terjaga meski sedang musim kemarau. Ia mengakui, publik mungkin masih terjebak paradigma lama bahwa selama ini jika musim kering atau musim kemarau tidak ada produksi karena petani tidak menanam padi.

"Sekarang ada paradigma baru dengan menggunakan teknologi baru kita meningkatkan tanam di musim kering yang biasanya 500 ribu hektare menjadi 1 juta hektare. Naik dua kali lipat pada saat musim kering. Saya ulangi, tanaman naik dua kali lipat pada musim kering, karena itu target kita," kata Amran.

(*)

Let's block ads! (Why?)

via Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2DpM6V3
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Frss&max=3, then Send me an email


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT

No comments:

Post a Comment